Assalamu'alaikum
It's been a long looooong time no post, seperti biasa keingetan untuk posting sesuatu disini karena bill website sudah muncul 😂 since I don't want my ww.atikagunardho.com gone jadi mari kita membahas sesuatu.
Lately, I've been busy working from 7 to 5 (more sih.....), pekerjaan kantoran saya ini sedang sangat tidak efektif dan tidak efisien, much pressure and rushing something that actually isn't ready, sebenarnya lebih banyak lagi keluhan tentang kantor tapi mari kita skip, karena disini saya membahas hal yang lebih enak dibahas. Sebenarnya postingan ini sangat mirip dengan Curriculum Vitae 😂tapi bukan, ini Portofolio pekerjaan saya diluar kerjaan kantoran, saya sebut Portikafolio.
Mungkin sebagian heran, "Mbak tika ini kok kerja mulu, jadi kerja aslinya apaan ya?" Anyway, kerja berpenghasilan tetapnya sekarang ya yang kantoran itu tapi saya nggak bisa sebutin kerja dimana ya (I've already sign an annual disclosure to not post anything related to work, jadi mari jaga privasi kerjaan saya ya)
Selain sibuk kerja kantoran, saya mengajar Program PKPPS (Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah) every weekend di Pondok Pesantren Salaf milik Mbah saya, as English Teacher ya walaupun bahasa masih level cetek sih, and as you guys know dunia design dan editing sudah sedari dulu saya sukai, jadi untuk media sosial Pondok saya dan sepupu-sepupu yang mengawal dan menggarapnya, dalam beberapa waktu ini juga disibukkan mem-branding Pondok,
branding Pondok Pesantren ini ternyata complicated, ada culture yang sudah kuat banget banyak hal yang harus dibahas, ya karena masuknya ke dunia akademis dan religius juga ya, oh iya...tolong ya, saya bahasakan disini branding bukan marketing it's totally different, karena masih banyak yang salah paham dengan istilah branding dan marketing. Branding = Soul, Marketing = Impact. Tapi, memang kalau mau memasarkan sesuatu kita harus buat branding yang bagus dulu kan?
Next, saya dan Sulma mempunyai satu media mengaji online berbasis kitab kuning salaf, namanya Nyantri Kilat, kami aktif di Instagram, project dadakan cerita selanjutnya ada di postingan sendiri ya, project tahunannya ada di bulan Ramadhan, dalam bulan Ramadhan kita mengadakan ngaji online via Zoom, jangka waktu mengaji dari 2 Ramadhan hingga 25 Ramadhan, alhamdulillah 2 tahun ini kita sudah membuat 4 project mengaji, 2 project Ramadhan 2 project takhasus (ngaji tematik) setiap project alhamdulillah at least 50 orang yang ikut, sungguh ini buat saya dan Sulma adalah project yang luar biasa, bagaimana nggak...buka project sekalian ikut ngaji juga kitanya. Untuk yang penasaran apa sih role saya di Nyantri Kilat? Iya, saya sebagai team branding, team content, team marketing, kadang juga ikutan mikir apa yang perlu diajarkan dan siapa yang perlu mengajar, Sulma sebagai Ibu Kurikulum dari pengajar dan kitab beliau yang cari. Tidak, Nyantri Kilat saya rasa belum bisa jika harus dipegang saya sendiri atau Sulma sendiri, karena bukan maqam saya keahlian Sulma, dan begitupun Sulma mengakuinya bahwa branding-marketing-bergerak mencari masa untuk mengaji adalah bukan kesukaannya.
Ada lagi nggak? Ada, anak saya si Jayeeda, memang paling terpojokkan karena saya as owner, admin, branding, marketing, dan segala macem job desk online shop masih di satu orang 😂 Lumayan keteteran, padahal fotografer sudah pasti di pegang adek juga, tapi masih mau pingsan aja rasanya kalau ngurus Jayeeda. Jayeeda adalah brand fashion modest yang koleksinya simple-chic-basic jadi bisa digunakan di berbagai event mau itu formal atau casual. Mostly, design pakaiannya adalah pakaian yang sedang ingin saya miliki, iya...apa yang saya jual di Jayeeda adalah isi lemari saya 😂 Jadi, jika pertanyaan kalian "Spill baju atau beli baju dimana?" jawaban saya tuh gampang, itu dari Jayeeda 😆
Semua kegiatan yang saya sebutkan diatas kebanyakan menggunakan keahlian saya dibidang design atau editing, software yang selalu saya pakai ketika kerja Photoshop, Ai, dan Canva, untuk video saya suka menggunakan Premiere Pro. Yes, saya mengedit video juga, beberapa hasil kerjaan edit saya sudah saya post di youtube pribadi saya.
Jika kalian membaca kegiatanku dan terheran-heran, apa nggak capek? Capek. Apa nggak lelah? Lelah. But am happy, I found that design and editing atau creating something yang sesuai keinginan atau plan saya tuh membahagiakan, jadi prosesnya memang melelahkan, tapi saya nya enjoy...gimana dah.
Nulis postingan ini buat apa? Sebenarnya, mau buat thread or Portofolio yang mudah dan enak dilihat tapi ya karena aku suka dongeng, endingnya malah jadi cerita 😂
Next question....Apakah saya open comission untuk social media specialist/content creator/video editor? Jawabannya iya....tapi nanti kalau saya sudah resign kerja kantoran ya 😂 Ada terms and conditionnya juga, kedepannya akan merapihkan portofolio kerjaan sendiri.
Selagi masih muda dan masih single, harapan saya tuh cuma satu menggunakan waktu sebaik mungkin, bukan hanya hari ke hari tapi jam bahkan menit ke menit kalau bisa kita gunakan waktunya sebaik mungkin, sebelum married (bukan berarti married jadi penghalang) hanya saja married artinya kita punya komitmen dan bukan hanya tentang diri kita sendiri kan?
Jadi yuk pemudi pemuda, kita gunakan waktu sebijak mungkin 😊 haha
Thankyou,
Wassalamu'alaikum
Hai!
It's been a looooooong time I didn't write anything in here sebenarnya juga masih nggak tau mau nulis apaan tapi karena sudah ada invoice domain mau nggak mau ya bund kita harus menulis biar nggak suwung, at least I just want to updating my life through this platform too.
Biasanya update kehidupan lewat Instagram, walaupun tidak 100% semua nya di update ke Instagram, terlebih semakin naiknya jumlah engagement semakin hari berusaha menjaga Muru'ah (Lah, aku siapa yak btw? 😂) Muru'ah itu kehormatan, menjaga diri, menjaga nama baik dan teman-temannya. Rasanya kadang nggak nyaman, karena kesannya nggak friendly dan nggak orisinil berhubung di kehidupan asli anaknya emang rada-rada jadi pura-pura anak manis itu PR juga 😂
For the past year I decided to rebranding my Instagram (alah, pasti kalian mau bilang alah kan 😏) Maksudnya, ya mau posting yang hal-hal yang lebih berguna, manfaati, karena aku mudah tertrigger dengan hal-hal yang menurutku nggak sesuai, kalau aku cuma marah-marah atau komen aja rasanya kayak "Buat apa tidak ada gunanya" kan mending sekalian membuat konten untuk membenahinya. Ya nggak ada yang ngasih tanggung jawab sih tapi rasanya tuh ngganjel banget kalau cuma diem aja.
Update kehidupan mulai dari mana ya? Mulai menjawab QnA di DM atau pertanyaan yang suka ditanyain aja kali ya,
I remember this question, satu pertanyaan saat Live dengan Tsaqafah mengenai life as nawaning apakah kita harus mengurus Pondok? Apakah jika kita tidak, atau mempunyai keinginan itu harus break the rules?
My answer at that time tentu pada taraf aman Here is the IGTv, tapi memang pada kenyataannya setiap keluarga Pesantren itu memiliki rules yang berbeda (please note aku nggak lagi jumawa karena keluarga Pesantren) tapi....hal yang menurutku menyedihkan, nggak semua paham tentang perbedaan ini, jika pun paham pasti over-judgment. Aku nulis ini juga bukan dalam rangka nurunin muru'ah, ini tuh kritikan even for my own family, dan menurutku bukan budaya yang cocok aja untuk generasi-generasi setelahnya (mungkin beberapa tahun kedepan aku malu kali ya nulis ini, tapi bisa jadi malah setuju banget, who knows).
Life as amfibi, aku bisa bilang begitu. Akhirnya, ngajarin aku banyak banget hal.
Pertama if you are an amfibi, pasti culture shock! Selama hidup lingkunganmu Pesantren dengan segala budaya akhlaknya, silaturahmi yang kuat banget, bahkan perubahan mode relasi bisa berubah 180 derajat hanya karena faham nasabnya dari mana (sedih ya? iya) tapi banyak juga yang bukan melihat dari nasabnya - karena ke ilmuannya, semua atas dasar saling hormat-menghormati, lalu keluarlah aku dari dunia Pesantren, culture shock nggak semua sepemikiran dengan kita nggak semua orang bisa setuju dengan pemikiran Pesantren yang kadang nggak nonsense, nggak saling menghormati atas dasar nasabmu siapa. Aku yakin 100% kalau kehidupanku di dalam Pesantren sampai hari ini, mungkin aku nggak merasakan rasanya di lempar recehan dari salah satu customer, nggak ngerasain di bentak-bentak karena sistem manajemen kantor yang ribet, nggak ngerasain di kambing hitamkan senior, nggak ngerasain di rendahin dan dibilang kaum bawah. Iya, mungkin aku akan merasakan tekanan yang lain, yang aku bakal bahas nanti. The poin is, dulu aku nggak paham kenapa aku harus capek-capek 10 tahun ndekem di Pesantren kok sekarang capek-capek kerja di kantoran? Ternyata, ini untuk melatih mentalku, untuk tau kalau nggak semua orang punya standar yang sama, untuk bisa ramah ke orang, untuk tau rasanya di rendahin yang pada akhirnya aku bisa memanusiakan manusia (masa manusiakan manusia sampai segitunya, ya kehendak Allah untuk diriku memang segitunya) yang pada akhirnya nggak bisa jumawa membawa-bawa nasab karena semua akan kembali pada kualitas diri sendiri. Sampai pada tahap, yang bisa aku lakukan adalah selalu berbenah diri-sendiri.
Semua tentu Sawang Sinawang, kehidupanku tampak menyenangkan untuk Nawaning yang kegiatannya di Pesantren, ya menyenangkan aku berpenghasilan, keluargaku sangat moderat dan demokratis, cukup mudah aku mengambil keputusan di keluarga. Iya, ada penekanan dalam kata mengambil keputusan. Itu bukan hal yang mudah, yang aku lihat, nggak semua bisa mengambil keputusan sesuai hati, bahkan ada yang kehidupannya sudah diatur dari dini "Besok pokoknya, habis Mondok-Khatam-Nikah" as if she doesn't have a dreams. Ini berbeda banget dengan keluargaku yang sangat menghormati pendapat anak, bahkan di keluarga intiku Ibuku mempunyai pendapat bahwa "Orangtua itu belajar menjadi Orangtua karena ini peran pertama kami, jadi jika dalam perjalanannya kok banyak salah ya kita sama-sama belajar" yang ternyata sama denganku aku selalu beranggapan "Bahwa menjadi anak itu belajar, karena ini peran pertamaku, pasti ada salah dan benarnya" karena pada akhirnya semua itu proses belajar. Nggak semua keluarga punya pendapat seperti ini. FYI, bahkan beberapa menganggap hal ini membelot dan durhaka (kok lebay ya? tapi memang begitu adanya). Apakah aku benar-benar terlepas sebebas itu untuk mengambil keputusan juga? Ya nggak, kerjaan kantoranku itu kan karena ngejar ridho orang tua. Atas dasar birrul walidain kadang banyak hal jadi nonsense, banyak banget. Kalau boleh kritik pedas dan mengakui dengan berat hati, diktator-toxic relation (baik verbal sampai fisik) itu masih lekat dengan lingkungan ini, bahkan saling gengsi ini juga ada, alih-alih menjaga muru'ah malah jadinya saling gengsi. Ini, mungkin kalau aku nggak amfibi aku akan paham dan mengiyakan, tapi karena aku udah amfibi, aku jadi geleng keheranan. Ini kok kayaknya kritikan semua ya? Nggak kok, banyak yang pada akhirnya hasilnya memang jadi orang yang beneran manfaat, benar-benar bergerak dan menahan diri untuk umat, amal jariyahnya masya Allah nggak paham lagi, apalagi pasti warisannya poro Nabi, dan kadang dalam beberapa aspek aku malah justru iri dengan Nawaning yang bergerak di Pesantren, jelas banget arah hidup dan tujuannya kayak udah banyak kepastiannya aja gitu 😅
Tentu tulisanku diatas itu teguran bukan hanya untuk yang aku tuliskan, tapi untuk diri sendiri juga, biar nggak jumawa dan selalu paham bahwa diri ini manusia yang diciptakan Allah buat apalagi kalau nggak ibadah. Untuk merendahkan hati serendah-rendahnya, harus selalu sadar at the end of the day we are humans too. Minta maaf dan berterimakasih dari suatu masalah itu normal.
Mbak, sepertinya mbak tika kok kelihatan happy banget ya, kasih saran dong mbak biar happy terus?
Nggak bisa bilang 2021 worst year, soalnya ada hal yang sangat nggak terduga ngelahirin Nyantri Kilat - Pondok Virtualiyah kalau pada bilang (tapi kalau dibilang Pondok sih juga jauh banget ya, ini lebih ke Kelas Virtualiyah aja 😂) Tapi, aku bisa bilang 2021 had the worst January ever, sampai berat badanku anjlok turun 5 kilo. Am I happy all the time? Tentu nggak, I had the worst situation this year too, benar-benar ngerasain drama yang banyak macamnya, dari di backstab, di patahkan impian, di reject, semua hal itu seakan di rush dalam satu waktu. Nggak mau ngapa-ngapain, bahkan pulang ngantor di kamar ndekem sampe jam 11 malem baru sadar kalau belum makan dan belum nyalain lampu kamar, nangis setiap hari, kalau makan muntah, bukan masalah apa, tapi dipatahin impian dan di backstab itu menguras emosi sih. Di tempatkan di posisi yang serba salah. Tugas yang berat yaitu memenuhi ekspektasi, yang padahal aku sendiri tidak meminta ekspektasi itu, jujur society tidak ramah Mbak-mbak memang 😓 Terus pas lagi down banget, ada yang curhat konsultasi dan minta ketenangan hati, rasanya bahkan aku sendiripun sedang berusaha untuk tenang. The worst part, problemaku jadi bahan obrolan, tentu semua dengan dalih "Kami berniat baik". Tapi, ya nggak mungkin kan hal beginian di ceritain tiap hari di Instagram, cukup aku tutup segitu aja kisah itu, karena harapan besar banget itu tangga buat aku naiki.
Salah satu content creator yang aku suka tonton, Jerome followersnya naik terus kontennya menghibur dan edukatif menyenangkan kalau dilihat ya? Terus suka eman nggak sih waktunya kalau lihat story teman-teman yang nggak tau itu apaan? Iya, that is way penting adanya membuat konten yang manfaat, nggak perlu sampai harus pada tahap followersmu 100k bahkan followers 100 aja kalau bisa menginfluence dengan baik ya kenapa nggak? Bayangno yo ngumpulke wong 100 neng dunia nyata kui angel, perlu ada promo seperti beli Mcd pake Mandiri/BRI dapat diskon atau promo yang hits hari ini BtsMealDay yang bisa ngumpulin 100an ojol dalam satu resto, harus ada gerakan sebegitunya dulu kalau di dunia nyata, lah ini di Instagram, ngepost foto skincare aja bisa ngereach 900an orang dengan respon 10-20 nanyak itu skinker apaan? Reviewnya bagaimana? See...Sosial Media itu masalah kita bijak mengendalikannya, mau dibuat menyenangkan bisa mau dibuat pamer ya bisa mau dibuat tempat curhat doang ya bisa untuk belajar juga bisa.
Dari situ salah satu niat membuat Nyantri Kilat, tentang Nyantri Kilat ini aku ceritain di post beda lagi kali ya, karena udah panjang banget kayaknya sampe kelupaan buat makan.
Tapi btw kayaknya kapan ya terakhir aku nulis opini kayak gini? Wkwkwk, aneh banget, selama ini selalu menahan menulis opini karena capek aja gitu ngikutinnya, tapi ternyata ya kadang perlu untuk dituliskan.
Tentu, kalau banyak kata yang kurang berkenan tolong dipahami, ini pendapat murni dari POV saya, kalau njenengan punya yang berbeda let me know tapi jangan paksa aku untuk sependapat ya, salam damai 😘😇
Kayaknya aku akhiri dulu deh mendingan, semoga dari sekian banyak kata ada manfaat yang bisa diambil, sekian!
Thankyou 💖
Wassalamu'alaikum
"Kamu kan udah lama nggak nulis? Kok ikut gabung?"
Aku aja itu heran, tapi aku suka, nggak papa, buat nambah ilmu dan jadi motivasi biar mau balik nulis lagi 😤
"Pokoknya habis ini nulis, pokoknya balik nulis lagi" 😂
Lantas aku ini harus bagaimana Alejandro?
Lantas aku ini harus bagaimana Esmeralda?
Terimakasih Jogja Bloggirls banyak ilmu bermanfaatnya 💕
P.s. nulis ini di Hp pake app Blogger OS nya Android. Jadi, maaf ya nggak bisa maksimal dan nggak tau kualitasnya kayak apa kalau di desktop 😅