#RandomPost "Hidup di Pesantren"

Monday, August 22, 2016

Assalamu'alaikum
Hello!!

In this super-extra-longpost  i will tell you about my 10 years experience living in Boarding School or Pesantren. Sejujurnya postingan kali ini saya buat karena banyaknya orang yang heran kalau saya mengaku tinggal di pesantren, pasti tanggapan mereka begini  “Kok bisa betah? Kok mau tinggal di pesantren? Ih, pasti ketat banget ya? Nggak bisa ngapa-ngapain pasti? Jorok banget kan pesantren itu?” Atau malah begini “Tika kamu kan di pesantren nih coba deh ngomong pakai bahasa arab, kamu ngerti hukumnya ini haram apa halal nggak, dosa nggak sih gitu tuh?” atau tiba-tiba seketika ngaku tinggal di pesantren langsung dilihat penampilan kita dari atas sampai bawah, idk maybe untuk mastiin saja, kok bisa ada anak begini tinggal di pesantren, haha.
jadi ini dulu ceritanya pas jadi aktivis OSIS di sekolah :)

Nah di postingan kali ini saya mau menceritakan sejujurnya bagaimana kehidupan di pesantren untuk menanggapi beberapa tanggapan yang saya tulis diatas, secara tanggapan diatas memang nggak semua salah, ada benarnya, tapi nggak semengerikan itu juga. But, saya  bukan bermaksud untuk show off, biar dibilang alim kayak gini “wee muke gile udah di pesantren  10 tahun, pasti ngeri banget ilmu agamanya” haha noo! Justru karena nggak ahli-ahli di ilmu agama makanya lama tinggal di pesantren, haha. Dan, saya juga tidak ingin kalian menilai tingkah saya dengan begini “Ih, anak pesantren kok begitu”lebih baik ingatkan saja saya, because ya I’m Only Human~  santri juga manusia, hihi.

Untuk kalian yang nggak tahu pesantren itu apa, pesantren atau pondok pesantren itu adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai dan mempunyai asrama untuk menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. (source: wikipedia) Wikipedia sebenarnya sudah menjelaskan semua tentang pesantren secara rinci, dari sejarahnya sampai macam-macamnya, so sila cek to wikipedia if you still kepo about pesantren, tapi untuk pengalaman secara realnya sila lanjut baca postingan ini, hehe karena di wikipedia nggak ada.


Jadi awal mula saya memilih untuk tinggal di pesantren bukan karena paksaan orang tua, walaupun notabene keluarga saya juga sangat kental dengan lingkungan pesantren, melanjutkan SMP di pesantren murni keinginan sendiri.

Keinginan sendiri terus jadi gampang betah? Nggak juga, pakai proses lama, apalagi saya lemah di adaptasi, lama sekali prosesnya. Saya merasa betah tinggal di pesantren saat kelas 3 Mts/SMP, nah loh lama banget kan ya? Alasan betah di pesantren ya apalagi kalau bukan kebersamaan sama teman-teman yang nggak bisa saya dapatkan di lain tempat. Kebersamaan di pesantren beda sama sekolah biasa, sekolah biasa sama teman ketemu pas dikelas saja atau pas main saja, kalau di pesantren dari bangun tidur sampai mau tidur lagi ketemu sama teman kita terus, kebayang dong kalau ada diantara kita lagi berantem, tiap waktu ketemu, dari sini juga kita diajarin untuk toleransi, pengertian, dan juga how to solve our problem. Secara sendiri kita diajarkan bagaimana cara bersosialisasi yang benar, dan pastinya kita juga belajar untuk mengatur ego kita, mau terus-terusan mikirin tentang diri sendiri? Insya Allah ini alamat orang yang susah dapat teman di pesantren, hihi, karena jujur masalah sekecil ini nih misal kalian punya jajan dan kalian tidak ingin membaginya terhadap teman kalian lalu kalian simpan di lemari begitu saja tanpa membagi ke yang lain, hal begini bisa jadi bahan olok-olokan sama anak yang lain. Saya tidak menakut-nakuti, tapi realitanya begitu, dan itu ngeselin banget punya jajan kok nggak dibagi, haha.

First impression lihat keadaan pesantren? Jorok banget, lebih-lebih saya masuk pesantren beberapa minggu setelah Jogja di guncang gempa, bukan cuma jorok tapi ngeri juga, tembok retak sana-sini, bahkan beberapa bangunan di komplek pesantren yang saya tinggali roboh.Barang-barang milik para alumni masih berserakan, kamar mandi juga seadanya banget, pokoknya jauh banget kalau dibandingkan dengan rumah. Tapi, seiring dengan normalnya Jogja, keadaan pesantren juga menjadi normal, nggak jorok lagi, dan budaya disetiap pesantren pasti ada kegiatan kerja bakti yang biasa kita sebut "Ro'an" guna nya untuk membuat lingkungan kita bersih.

Peraturan di pesantren ketat banget ya? Iya ketat, karena di pesantren itu untuk belajar bukan buat main-main (kata pengasuh saya sih gitu). Tapi ketat atau tidaknya suatu peraturan pesantren itu menurut saya tergantung diri kita sendiri, saya bukan orang yang sering di track, kadang melenceng kesana-kemari, kena takzir (hukuman) ini-itu juga kadang saya dapati, tapi bukan berarti loh ya adanya peraturan itu untuk dilanggar, no! Saya menganggap peraturan yang ada di pesantren saya tinggali wajar-wajar saja, gaul malah, cuma saya nya saja yang kebangetan, hehe. Dengan adanya peraturan ketat yang tersedia di pesantren malah menurut saya menjadi keasikan atau kenangan seru sendiri, juga keuntungan dari peraturan yang ketat itu baliknya ke kita lagi (lagi tobat nulis ini). Coba bayangkan dulu saat saya Mts-Ma tidak boleh membawa handphone maupun gadget yang lain. Secara ngerasa purba banget jadi nya nggak bisa sosmed-an setiap waktu, telpon-sms ini-itu, atau iseng-iseng cek berita (dusta banget ini..), tapi...tapi..manfaatnya sosialisasi kita ke oranglain jadi semakin meningkat, nggak ada tuh yang autis sendiri-sendiri sama gadgetnya, kalau nganggur ya ngobrol, dan herannya kita itu setiap waktu ketemu tapi kalau punya obrolan bisa sampai jam 12 malam lebih, hihi (nggak gosip lo ya..).

Nggak bisa ngapa-ngapain dong? Nggak bisa main kemana-mana juga? Bisa, bisa banget, pasti ada hari libur, biasanya hari jumat, malah ada pesantren yang menyediakan bus untuk mengantar para santrinya main, tuh bisa kan.Cuma, ada batas waktunya, biasanya sampai maghrib, kalau sudah mahasiswa malah lebih longgar lagi jam malamnya.

Harus menggunakan gamis gitu ya kalau di pesantren? Tergantung pesantrennya, setiap pesantren punya kebijakan masing-masing tentang pakaian, yang pasti skinnypants dan pakaian yang terbuka itu jelas nggak boleh dipakai.

Nah, terus nih menanggapi orang-orang yang beranggapan kalau semua anak pesantren pinter BAHASA ARAB gaes Pesantren itu sekolah, jadi yang pintar ada yang nggak juga ada, hehe. Tapi, ada juga pondok yang mengkhususkan para santri untuk berbicara bahasa arab pada hari-hari tertentu. Mempelajari bahasa arab bukan hanya menambah kosa kata atau speaking saja, tetapi mempelajari penyusunan kata yang baik dan benar seperti apa, pelajaran ini pasti ada di setiap Pesantren dengan mata pelajaran Sorof dan Nahwu. Makanya, biasanya Santri itu ada 4 macam, lancar berbicara bahasa arab dan lancar membaca/menulis/mengartikan tulisan bahasa arab, hanya lancar berbicara bahasa arab, hanya bisa membaca/menulis/mengartikan tulisan bahasa arab, dan atau nggak lancar semua, hahaha.. 

Masih banyak lagi nih yang perlu dibahas tentang tinggal di Pesantren, daripada nggak asik kalau ngepost kebanyakan sila cek postingan tentang Hidup di Pesantren #2 setelah ini ya ;)


See yaaa!

Thankyou
Wassalamu'alaikum <3 

You Might Also Like

0 komentar

Berkomentarlah selagi ada lahan untuk menampung :)

Subscribe